Namun “ketika air mengalir, batu-batu terkikis”, suatu kali kakak ipar saya datang berkunjung ke rumah saya, dia berpakaian sangat terbuka dan terus-menerus melakukan tindakan seksual eksplisit untuk merangsang saya. Ujung-ujungnya aku tak tahan, aku laki-laki, mana mungkin aku tahan membayangkan gerak-gerik mesumnya.
Jadi aku harus meminta maaf kepada istriku dalam hati, aku harus menghancurkan vagina kakak iparku untuk melepaskan hambatan yang menumpuk sekian lama setiap kali aku bertemu dengannya...
